Sabtu, 16 Juli 2011

SIAPA MUHAMMAD SAW

Assalamu`alaikum wr wb. Segala puji hanya untuk Alloh SWT semata, yang telah banyak memberi Nikmat dan KaruniaNya kepada Kita Semua. Shalawat serta Salam semoga tetap dihaturkan atas Rasulullah SAW wa `alihi washahbihi ajma`in. amin. ---------------------------------------------------​------------------------------​------------------------------​ ----- Amma Ba`du. Sedikit Riwayat Bani Hasyim. Dahulu sekitar 400 tahun sebelum Masehi, Jauh sebelum Rasulullah SAW dilahirkan, yang memimpin Kota Makkah dan sekaligus menjaga Baitullah Ka`bah adalah Suku Khuza`ah yang dipimpin Oleh Hulayl. Suatu Ketika Anak Perempuan Hulayl, dinikahkan dengan salah satu Suku Quraisy yang bernama Qushay. Maka bersatulah Suku Khuza`ah dan Suku Quraisy dengan adanya pernikahan ini. Waktu terus berjalan dengan segala kejadian yang direncanakan oleh Alloh SWT. Suatu hari Hulayl meninggal Dunia. Dengan meninggalnya Pimpinannya ini, Suku Khuza`ah ribut, kira-kira siapa yang menjadi Penggantinya. Akhirnya melalui perundingan yang sangat alot, ditetapkan menantu Hulayl yang bernama Qushay yang Notabene dari Suku Quraisy dijadikan Pimpinan Kota Makkah dan sekaligus menjadi Penjaga Ka`bah Baitullah. Dengan adanya keputusan bahwa dirinya ditetapkan menjadi Pemimpin Kota Makkah, maka Qushay sedikit demi sedikit membawa kerabatnya yang dari Suku Quraisy untuk pindah ke kota Makkah. Qushay memerintah Kota Makkah bagaikan seorang raja dengan kekuasaan yang tak tertandingi. Rakyat Makkah waktu itu diwajibkan membayar Upeti kepada sang Pimpinan, sehingga Qushay pun bisa menyediakan makanan untuk Jamaah Haji. Semua berlangsung dengan Harmonis dan penuh kerelaan. Keharmonisan itu berlangsung cukup lama, dan benih-benih Permusuhan itu mulai tumbuh ketika Qushay meninggal dunia. Dia mempunyai 4 anak laki-laki. Salah satunya adalah Abd Manaf, putra Qushay yang satu ini sangat dihormati oleh Masyarakat Makkah, waktu bapaknya masih Hidup. Setiap Generasi harus ada Seorang Pemimpin bagi Semua. Ketika Qushay mau wafat, dia mewariskan kepemimpinannya pada Putra pertamnya, Abd Dar, meskipun Abd Dar ini secara kemampuan Kurang cakap dibandingkan dengan putra yang lain, lebih-lebih dengan Abd Manaf. Menjelang Ajalnya Qushay berpesan kepada Abd Dar : " Wahai Anakku Abd Dar, aku akan menetapkan Engkau sebagai Pemimpin yang harus ditaati oleh semua Orang. Tidak ada yang bisa memasuki Ka`bah kecuali engkau yang membukakan. Tidak ada yang memnandai peperangan bagi Kaum Quraisy, kecuali dengan tanganmu. Tidak yang boleh meminum air di makkah, kecuali seizinmu. Tidak ada yang boleh mengubah aturan Makkah, kecuali didalam rumahmu.". Qushay mewariskan seluruh Hak dan Kekuasaannya kepada Putra kesayangannya tersebut. Abd Manaf yang terkenal santun dan banyak disegani Masyarakat pun, mematuhi wasiat Bapaknya, tanpa Protes. Waktu terus berjalan dengan segala kejadian yang sudah ditakdirkan oleh Alloh SWT. Pada Generasi berikutnya, setelah semua putra-putra Qushay meninggal pula. Masyarakat Kota Makkah merasa tertekan dengan kepemimpinan Putranya Abd Dar. Semakin hari rasa tertekan ini semakin menggumpal, dan akhirnya, Masyarakat Makkah waktu itu merujuk pada Putra Abd Manaf. Salah satu Putranya abd Manaf yang paling dianggap bijaksana waktu itu adalah yang bernama HASYIM. Masyarakat pada waktu itu Sama Berharap, Hasyim lah yang Layak dijadikan pemimpin Kota Makkah ini. Akhirnya Muncullah kelompok-kolompok di Kota Makkah. Yang mengikuti Kelompok Keturunan Abd Dar disebut kelompok Al-Ahlaf, dan yang mengikuti Kelompok keturunan Abd Manaf disebut Al-Muthayyibun. Dua Kelompok ini saling bersitegang, Namun di Makkah sudah ada Perjanjian " dilarang perang di Kawasan Kota Makkah ", maka kedua Kelompok inipun patuh dan menurut. Untuk menghindari peperangan, maka disepakati Keturunan Abd Manaf ber-hak menetapkan pajak dan menyediakan makanan dan minuman bagi Jamaah haji. Kesepakatan ini diterima oleh kelompok keturunan Abd Manaf. Hasyim dan semua Saudara-saudaranya, setuju bahwa dia yang bertanggung jawab atas kebutuhan para jamaah Haji. Dengan begitu Hasyim putra Abd Manaf mengumumkan kepada seluruh Rakyat Makkah waktu itu : " Wahai Rakyat Makkah, kalian semua adalah tetangga Tuhan, Penjaga Rumah Tuhan dan tanah suci. Mereka yang datang yang datang berziarah adalah tamu Tuhan. Mereka itulah tamu yang Patut Kita hormati. Pada Musim haji sediakannlah Makanan dan Minuman sampai Mereka Pulang kembali. Apabila Harta saya mencukupi, Saya tidak akan membebani kalian semua". Hasyim putra Abd Manaf, sangat dihormati baik didalam Kota Makkah sendiri ataupun diKota Lain. Hasyim lah yang membuka 2 rute perjalanan Kafilah dari Makkah. Pada Musim dingin Rute perjalanan dagang Masyarakat waktu itu ke Yaman. Dan pada waktu Musim Panas ke barat laut Arab. Ke-2 rute perjalanan dagang ini, mesti berhenti di Yatsrib. Di Yatsrib inilah Hasyim Putra Manaf pernah menikahi seorang Perempuan yang berpengaruh bernama Salma putri Amr, dari syku Najjar. Dari pernikahannya ini melhirkan Seorang Anak Laki-laki. Namun Salma tidak mau pindah ke Kota Makkah, dan hasyim pun meng iyakan permintaannya. Hasyim putra manaf, Punya 2 saudara Kandung yang bernama Abd Syam dan Muthalib. Abd Syam sibuk dengan urusan perdagangannya di Kota Yaman. Maka Hasyim, memerintahkan Muthalib untuk menjaga Ka`bah serta menyediakan Makanan dan Minuman bagi jamaah Haji, jika sudah musimnya tiba. Hasyimpun Meninggal Dunia, dia mempunyai 3 Orang Putra dari istrinya yang ada di makkah, Namun ke-3 anaknya ini tidak mewarisi bakat bapaknya. Sehingga Putra-putra Hasyim yang ada di makkah bisa dikatakan tidak berarti. Berbeda dengan Putranya yang berada di Yatsrib, yang bernama Syaibah. Meskipun Masih Muda, Syaibah menunjukkan bakat kepimimpinannnya. Desas-desus tentang kepandaian syaibah tersebar hingga ke kota makkah. Akhirnya, Muthalib adik Hasyim pergi ke Yatsrib untuk melihat keponakannya. Setelah lama mengamati Pemuda Syaibah ini, maka Muthalib memohon kepada Ibunya Salma istri Hasyim yang ada di Yatsrib untuk mengasuh kemenakannya, dan diajak ke Kota Makkah. Dengan digambarkan oleh Muthalib, Bahwa Syaibah Nanti Punya Peluang yang sangat besar untuk menggantikan kedudukan ayahnya, menjadi Pemimpin Kota Makkah. Dengan begitu Maka Salma binti Amr merestui, dan berangkatlah Muthalib bersama Syaibah putra Hasim ke Makkah. Sesampainya di Makkah, Muthalib selalu mengajak syaibah kemana dia pergi, sambil diajari Tugas-tugas yang perlu dibantu. Setiap hari, setiap saat Syaibah selalu bersama dengan Muthalib. Sehingga Masyarakat Makkah waktu itu memanggil Syaibah dengan Nama : ABDUL MUTHALIB.
Sebelum kota Makkah dipimpin oleh suku Khuza`ah, yang memerintah kota Makkah adalah suku Jurhum. Suku ini, dengan semena-mena dalam memerintah Masyarakat Makkah. Kesewenang-wenangan terjadi dimana-mana. Sampai suatu ketika Masyarakat sudah tidak tahan lagi dan memberontak, sehingga suku Jurhum terusir dari kota Makkah. Namun sebelum pergi meninggalkan Kota Makkah, suku Jurhum menimbun sumur Zam-zam, sehingga Zam-zam sekitar kurang lebih 500 tahun hilang. Kembali pada Kisah Syaibah putra Hasyim. Setelah Muthalib adik Hasyim membawa Abdul Muthalib ( Syaibah ibn Hasyim ) ke kota makkah, maka banyak pelajaran yang diperoleh oleh Abdul Muthalib dalam mengurus Ka`bah Baitullah. Suasana kehidupan Abdul Muthalib saat itu sangat menyenangkan. Hingga pada suatu saat, ada paman tirinya yang bernama Nawfal, mau merampas Tanah pertanian peninggalan Hasyim yang menjadi Hak Abdul Muthalib. Sehingga terjadilah perselisihan. Namun Paman asuhnya Muthalib yang saat itu sudah tua membantu menyelesaikan masalah tersebut, sehingga Abdul Muthalib berhasil mendapatkan Haknya kembali. Tidak berselang lama kemudian Paman Asuhnya Muthalib Meninggal Dunia. Pemuda Abdul Muthalib ini memang tidak mengecewakan harapan-harapan pamannya yang sudah meninggal. Bakatnya yang melekat padanya sejak awal membuat Abdul Muthalib mengerti sekali pekerjaan Paman Asuhnya Muthalib yang sudah meninggal. Sehingga semua Masyarakat Makkah sepeninggal Muthalib, menyerahkan tanggung Jawab Penuh kepada abdul Muthalib untuk menjaga Ka`bah Baitullah sekaligus menyiapkan Makanan dan minuman bagi Jamaah haji. Bahkan, Saking telatennya Masyarakat Makkah menganggap Abdul Muthalib lebih sempurna dalam mengemban tanggung jawab dari Muthalib. Waktu berjalan terus dengan segala kejadiannya, termasuk Abdul Muthalib yang selalu menjaga dan mengurus Ka`bah dengan segala suka dan dukanya. Abdul Muthalib pun sudah menikah dan mempunyai anak. Keseharian Abdul Muthalib yyang paling disukai adalah berada di Ka`bah. Disebelah barat laut ka`bah terdapat tembok pendek berbentuk setengah lingkaran, biasanya Orang-orang menyebut Hijr Ismail. Karena ada bekas ibu jari kaki Ismail dan Hajar didekat batu yang melapisi tembok itu. Seringkali Abdul Muthalib menghamparkan tikar didalam Hijr Ismail tersebut. Hingga, pada suatu malam ketika sedang tidur disitu, ada sosok bayangan menghampirinya dan berkata : " Galilah sumber air yang Manis ". Abdul Muthalib Penasaran dan hatinya tidak tenang ketika terbangun. Esoknya, Bayangan itu datang lagi dan berkata : " Galilah Keberuntungan ". Rasa Penasarannya semakin menjadi-jadi. Sampai dengan malam ke empat bayangan itupun datang lagi dan Berkata : " Galilah Zam-zam ". Abdul Muthalib bangun dan bertanya : " Apa Zam-zam itu ..? ". Sosok Bayangan itupun menjawab: " Galilah Zam-zam, maka Engkau tidak akan pernah menyesal, karena itu adalah pusaka yang amat Kaya dari nenek moyangmu yang paling luhur, Zam-zam tidak akan pernah kering, tidak juga berkurang dalam memenuhi kebutuhan Jamaah Haji , Carilah suatu tempat yang lembab, penuh kotoran dan biasanya burung gagak mematuk-matuk ". Kemudian Abdul Muthalib memperhatikan daerah sekitar, dan matanya tertuju pada suatu tempat yang sudah digambarkan bayangan tadi. Maka Abdul Muthalib segera pulang ke Rumahnya untuk mengambil peralatan menggali tempat itu, dengan mengajak satu anaknya yang bernama Harist. Sesampai didalam ka`bah Abdul Muthalib dan putranya Harist segera menggali tempat yang sudah digambarkan oleh bayangan yang pernah membisikinya. Suara Galian itu mengundang perhatian Masyarakat, sehingga Masyarakat berduyun-duyun datang mengahampirinya. Ada yang setuju, dan ada yang tidak setuju dengan tindakan penggalian Abdul Muthalib ini. Tapi, Abdul Muthalib dan Anaknya tidak memperdulikan mereka, dia terus menggali dan menggali tanpa berhenti. Masyarakat yang datang kesitupun bosan, satu-per satu meninggalkannya. Dan ketika semua Orang yang datang hendak meninggalkan tempat itu, tiba-tiba Alat Gali Abdul Muthalib membentur Satu benda, dan ternyata benda itu adalah peti harta karun Suku Jurhum yang ditanam disitu untuk menyumpal Sumber Sumur Zam-zam. Maka Orang-orang yang sudah meninggalkannya tadi, kembali membludak mendatangi Abdul Muthalib. Akhirnya, peti harta itu diangkat bersama-sama. Setelah peti itu diangkat maka Air Zam-zam menyembur keatas. Dengan adanya kejadian ini, Zam-zam yang hilang 500 tahun telah ditemukan kembali.
------------------------------​------------------------------​ ------ Wa ba`du. Riwayat Bani Hasyim Abdul Muthalib sangat disegani oleh Masyarakat Makkah atas kedermawanan, Kemampuan dan Kebijaksanaannya. Disamping itu juga Abdul Muthalib punya wajah yang Tampan, dengan Penampilan yang berwibawa. Ditambah lagi dengan Kehormatannya sebagai orang yang berhak mengelola sumur Zam-zam. Abdul Muthalib sangat bersyukur atas segala yang telah diberikan Alloh kepadanya. Namun, ditengah Kebahagiaannya, Abdul Muthalib merasa masih belum tenang Jiwanya, ketika membayangkan siapa nanti yang akan meneruskan tugas-tugasnya selama ini pada saat dia meninggal nanti, meskipun selama ini semua tugas-tugasnya baik-baik saja. Abdul Muthalib merasa sangat miskin, karena hanya memiliki 1 Anak laki-laki. Betapa kalau melihat Saudara, Tetangga dan Masyarakat Makkah saat itu banyak mempunyai Anak Laki-laki. Akan tetapi, meskipun Abdul Muthalib mempunyai banyak Istri, namun Anak laki-lakinya cuma satu Orang, Harist. Alloh yang telah memberinya Zam-zam, juga meningkatkan derajatnya. Maka dengan berbesar hati, Abdul Muthalib memohon kepada Tuhan untuk dikaruniai beberapa Anak Lak-laki lagi. Dan dalam akhir permohonannya dia ber-nadzar, sekiranya Alloh mengkaruniai 10 Anak Laki-laki hingga tumbuh dewasa, maka dia akan mengorbankan 1 Anaknya untuk Tuhan. Permohonannya dikabulkan oleh Alloh. Selang beberapa tahun lahirlah 9 Anak Laki-laki. Pada saat Abdul Muthalib memohon dan bernadzar, tampaknya yang diminta itu mustahil akan terjadi. Namun, ketika permohonannya sudah dikabulkan dan semua Putra-putranya telah tumbuh Dewasa, maka Nadzar itu menghantui dirinya. Semua Anak Laki-lakinya telah tumbuh menjadi Pemuda, kecuali Anak Ragilnya yang memang masih Kecil, dialah ABDULLAH.Abdul Muthalib sangat bangga kepada Anak-anaknya, kendati tak dapat dipungkiri, bahwa si Bungsu ABDULLAH adalah Anak yang paling disayanginya. Mungkin Alloh lebih menyayangi Anak ini, sehingga ABDULLAH dikaruniai wajah yang sangat Tampan. Bagaimapun juga, Abdul Muthalib adalah Orang yang selalu menepati Janji, dan tidak pernah terpikir untuk mengingkari Nadzarnya. Dia juga Orang yang Adil dan penuh dengan rasa Tanggung Jawab, maka diapun segera akan melaksanakan Nadzar yang pernah diucapkannya. Dia sangat berat menentukan, siapa kira-kira Anaknya yang akan dikorbankan. Tak berselang lama, setelah ABDULLAH sudah tampak kelihatan Dewasa, dia kumpulkan semua Anak laki-lakinya. Abdul Muthalib menyampaikan perjanjiannya dengan Tuhan kepada Anak-anaknya dan meminta Anak-anaknya untuk mendukungnya. Anak-anaknya pun setuju, karena janji Ayahnya juga termasuk janjinya. Abdul Muthalib beserta 10 Anak laki-lakinya sepakat Nadzar harus segera dilaksanakan. Lalu Abdul Muthalib menyuruh Anak-anaknya membuat Nama pada Anak panah masing-masing yang telah dibawanya. Sementara, Abdul Muthalib juga mengundang Pengundi Panah Makkah untuk mengundi, Siapa yang bakal dikorbankan. Semua sudah hadir didalam Ka`bah. Semua Anaknya diperintahkan untuk menyerahkan anak panah yang telah diberi Nama masing-masing kepada Pengundi. Abdul Muthalib berdiri tegak disebelah Pengundi, untuk menjadi Saksi. Kemudian, Kumpulan anak panah itupun diundi. Dan yang keluar adalah anak panah ABDULLAH. Maka Abdul Muthalib segera menggandeng tangan Abdullah, dituntunya Abdullah menuju tempat Pengorbanan, seolah tidak mau pikir panjang lagi, meskipun hatinya bergetar hebat. Setelah Pengundian Selesai dan Abdul Muthalib menuntun Abdullah ke pelataran pengorbanan, ternyata Masyarakat Makkah sudah berkumpul disitu. Salah satu Orang yang bertanya pada Abdu Muthalib : " Untuk apa pisau yang engkau bawa itu, Wahai Abdul Muthalib..?". Abdul Muthalib pun menjelaskan Nadzarnya kepada mereka semua. Mereka berusaha mencegah Abdu Muthalib untuk mengorbankan Putranya, terlebih yang dikorbankan adalah ABDULLAH, Pemuda yang sangat santun, tegas dan Bijaksana, memiliki wajah yang sangat memukau Orang jika memandangnya. Masyarakat Makkah rela jika harta bendanya diambil, demi untuk melihat Abdullah tidak jadi dikorbankan oleh Ayahnya. Abdul Muthalib Terus dibujuk oleh Masyarakat untuk mengurungkan niatnya mengorbankan Abdullah dan mencari Pengganti Nadzarnya. Semua Masyarakat mendesak, untuk menggagalkan niat Nadzar Abdul Muthalib. Akhirnya, Abdul Muthalib pun Setuju, tapi dia harus konsultasi dulu dengan seorang wanita Bijak di Yatsrib, apakah persembahan lain bisa menggantikan Putranya, dan dalam bentuk apa. Keesokan harinya, Abdul Muthalib, Abdullah dan bersama beberapa saudaranya yang lain berangkat ke Yatsrib untuk menemui Wanita yang bijak tersebut. ketika sampai di Yatsrib, mereka berhasil ketemu sama wanita yang dimaksudkan, maka Abdul Muthalib menceritakan maksud kedatangannya. Dan Wanita yang Bijaksana ini berjanji memberi Jawaban esok harinya. Pada keesokan harinya, Abdul Muthalib datang lagi untuk meminta jawaban dari Wanita bijak itu. Wanita yang Bijaksana ini pun Berkata : " Telah datang petunjuk kepadaku, Binatang apa yang Kalian Pelihara..? Abdul Muthalib bersama Anaknya pun serempak menjawab : " Sepuluh Ekor Unta ". Kemudian Wanita Ini melanjutkan Jawabannya : " Kembalilah ke Kotamu, dan tempatkanlah Anak Laki-lakimu berdampingan dengan Unta peliharaanmu, lalu undilah mereka. Jika Anak panah Undian jatuh kepada Anakmu, maka tambahilah lagi sepuluh Unta, begitu seterusnya sampai Tuhan menerima Unta-unta itu sebagi ganti korban atas Nadzarmu, dan biarkanlah Anakkmu Hidup". Legalah hati Abdul Muthalib mendengar Jawaban Wanita bijak ini. Maka, atas Nasehat Wanita yang bijaksana ini, Abdullah tidak jadi dikorbankan oleh Abdul Muthalib, sedang sebagi gantinya adalah Onta-ontanya yang mereka pelihara.
Riwayat Bani Hasyim Pada waktu itu, apabila mata memandang pelataran Ka`bah Baitullah, maka akan tampak begitu banyak berhala - berhala yang dibuat sesembahan oleh Masyarakat Makkah. Tidak hanya puluhan, bahkan Ratusan berhala berjejer disebelah ka`bah. Dari Mulai yang terbuat dari Emas dan Perak sampai yang terbuat dari Makanan pun ada. Perbedaan - perbedaan berhala ini, menjadi simbol yang dapat membedakan latar belakang ekonomi Masyarakat Makkah saat itu. Yang paling mewah pada waktu itu adalah berhala LATTA dan UZZA. Semua Masyarakat adalah Penyembah Berhala. Namun demikian, bagi Abdul Muthalib sendiri, Alloh adalah Realitas tertinggi. Dia tidak ragu, Abdul Muthalib lebih dekat dengan Agama Ibrohim a.s ketimbang kepercayaan Masyarakat Makkah. Abdul Muthalib mengenal baik dengan orang-orang yang " Hanif ". yang selalu berpegang pada Agama Samawi. Diantaranya adalah Waraqah, seorang hanif yang paling dihormati. Waraqah dapat membaca, maka dia mempelajari Kitab-Kitab terdahulu, terlebih Injil. Dan Warakah mempunyai saudara dekat yang bernama Quthaylah. Dia sering membicarakan berbagai hal dengan Qutaylah. Kata-kata Waraqah sangat membekas dihati Qutaylah, bahwa sebentar lagi akan muncul seorang Nabi di Makkah. Kembali pada Kisah Abdullah. Pada saat pengorbanan Unta bagi Abdullah telah dilakukan dan diterima, Abdul Muthalib berfikir untuk mencarikan jodoh bagi Putra Kesayangannya. Abdullah adalah seorang Pemuda yang Santun terhadap siapa saja, Cerdas, Bijaksana dan Wajahnya sangat Tampan rupawan, sehingga Masyrakat Makkah saat itu sangat menghormatinya, meskipun Abdullah masih muda. Dan rata-rata Gadis Makkah saat itu sangat ming-idam-idamkan bersanding dengan Abdullah. Maka, Abul Muthalib berfikir keras, siapa yang kira-kira Pantas bersanding dengan Abdullah. Setelah, Abdul Muthalib mengamati Gadis-Gadis Makkah, Pengamatannya tertuju pada Seorang Gadis yang memang sudah tersohor Kecantikannya. Dia dekati, sungguh Abdul Muthalib Melihat Gadis ini pun Punya Kesantunan yang sama dengan Putranya, punya Kebijaksanaan dengan Putranya. Akhirnya, setelah menimbang - nimbang, maka jatuh lah pilihan nya pada Gadis tersebut, dia adalah AMINAH. Putrinya Wahab, cucunya Zuhrah saudaranya Qushay. Kemudian, tidak menunggu lama, Abdul Muthalib mendatangi Rumah Wahab untuk meminta Putrinya Aminah dinikahkan dengan Putranya Abdullah. Wahab pun tanpa berfikir panjang, langsung menyetujui rencana Abdul Muthalib tersebut. Dengan begitu, segera dilakukan persiapan - persiapan untuk Pesta Perkawinan antara Abdullah bin Abdul Muthalib dengan Aminah binti Wahab. Pada hari yang telah ditentukan, Abdul Muthalib menggandeng tangan putranya Abdullah untuk mendatangi Rumahnya Wahab untuk dinikahkan dengan putrinya Aminah. Semua Masyarakat Makkah keluar rumah, menyaksikan perjalanan Abdul Muthalib bersama Abdullah menuju Rumah Aminah, tidak terkecuali Qutaylah, saudaranya Waraqah. Dia berdiri didepan pintu rumahnya, supaya dapat menyaksikan perayaan yang telah diketahui oleh seluruh Penduduk Makkah sebagai Upacara pernikahan besar-besaran.Langkah Abdullah dan ayahnya yang berwibawa memperindah pemandangan saat itu. Ketika langkah mereka berdua cukup dekat dengan Qutaylah, Qutaylah hanya memperhatikan Abdullah saja. Dalam benaknya, Ketampanan Abdullah seperti Yusuf pada Zamannya. Semua Gadis yang menyaksikan perjalanan ini pasti terpesona, tidak terkecuali Qutaylah. Qutaylah sering terpesona, tapi tidak sedahsyat kali ini. Cahaya yang memancar di wajah Abdullah, yang menurutnya memancar dari luar dunia ini. " Apakah, Abdullah adalah Nabi yang telah dinati - nantikan ?". Batin Qutaylah. Karena tidak sanggup menahan gelora peonanya, maka Qutaylah lebih mendekat dan kemudian mullahenyapa Abdullah. Serta merta Abdul Muthalib melepaskan gandengan tangannya, seakan menyuh Abdullah untuk berbincang sebentar denga Qutaylah. Abdullah pun menyapanya. Saking tidak tahannya Qutaylah sampai berucap : " Wahai Abdullah, tetaplah enkau disini, dan jadikanlah aku istrimu .., dan puluhan unta yang aku miliki menjadi milikmu ". Dengan tanpa malu-malu Qutaylah mengucapkan seperti itu, meskipun dia tahu Abdullah sedang menuju ke Pelaminan, untuk bersanding dengan Aminah binti Wahab. Maka, dengan Santun dan tidak menyakiti Hati Qutaylah, ditolaknya permintaan itu dengan halus. " Wahai Qutaylah, Aku harus menuruti perintah Ayahku, dan aku tidak dapat melanggar perintahnya serta Aku tidak mungkin Meninggalkannya ". Jawab Abdullah. Setelah itu, Abdul Muthalib dan Abdullah meneruskan perjalannya menuju ke rumah pelaminan. Sesamapi dirumah Aminah prosesi pernikahan pun dilangsungkan. Semua Masyarakat Makkah pada menyaksikan pernikahan ini, Abdullah yang Santun, cerdas, bijaksana dan Tampan bersanding dengan Aminah yang santun, cerdas, bijaksana dan Ayu rupawan.
Riwayat bani Hasyim Abdullah dan Aminah, mengarungi rumah tangganya dengan bahagia. Setelah beberapa hari melewati masa - masa pengantin baru, Abdullah keluar untuk mengambil sesuatu dirumahnya sendiri. Pada saat itu dia berpapasan dengan Qutaylah saudara perempuannya Waraqah. Mata Qutaylah menatap wajah Abdullah dengan seksama ketika mereka sama-sama berhenti. Namun tidak satu katapun yang keluar dari bibir Qutaylah. Pada saat Qutaylah diam saja, Abdullah memberanikan diri bertanya mengapa dia tidak menegur seperti biasanya. Qutaylah pun menjawab : " Cahaya yang memancar diwajahmu Kemarin telah Hilang, wahai Abdullah ". setelah berbincang beberapa saat merekapun meneruskan perjalanannya masing-masing. Abdullah, Kesehariannya adalah berdagang. Pada suatu hari, ketika usia perkawinannya menginjak enam bulanan, Abdullah berpamitan kepada Aminah untuk melakukan perjalanan dagang ke Syria bersama denga Kakaknya Harist. Aminah terasa berat melepaskan kepergian Abdullah saat itu, namun demi melaksanakan tugas seorang suami, maka Aminah mengijinkannya. Sesampai di Syria dagangan yang dibawa oleh Abdullah dan Harist habis terjual dengan memperoleh keuntungan yang lumayan banyak. Kemudian, dia segera mencari barang pesanan, yang telah dipesan oleh oran-orang Makkah. Setelah dapat, mereka berdua bergegas untuk pulang kembali ke Makkah. Setelah perjalanan pulang sampai di Yatsrib, Abdullah dan Harist, mampir ke Rumah Neneknya Salma untuk berkunjung dan sekaligus beristirahat.Namun, tiba-tiba badan Abdullah terasa sakit. Sakitnya bertambah parah. Akhirnya, Alloh yang menguasai umur seseorang mengambil nyawa Abdullah di Yatsrib. Abdullah meninggal dunia, ketika umurnya masih sangat muda. Sedangkan Istrinya saat itu sedang mengandung Anaknya. Harist pun pulang sendirian ke Makkah, sesampainya di makkah, wajahnya diselimuti duka yang teramat mendalam. Dengan terbata-bata dia ceritakan perjalanannya bersama adiknya, samapai adiknya Abdullah meninggal dunia di Yatsrib. Aminah pun lemas, mendengar cerita tersebut. Dengan lembut dia sentuh Anak Abdullah yang ada dikandungannya. Kandungan ini, yang masih menguatkan Aminah untuk bertahan dari goncangan hidup ditinggal mati sang suami. Dan Aminah semakin terhibur dengan semakin dekatnya masa kelahiran bayinya. Aminah mengetahui bahwa ada suatu cahaya yang memancar didalam Kandungannya. Pada suatu hari, cahaya itu bersinar terang benderang, hingga dengan sinarnya, Aminah mampu melihat Kastil-kastil Bostra di Syiria.inilah cahaya yang berpindah dari wajah Abdullah kedalam Kandungan Aminah. Sinar yang memancar tadi bertambah terang, dan tiba-tiba ada suara : " Engkau mengandung seorang pemimpin seluruh Umat manusia. Jika Ia telah lahir, katakanlah " Aku menyerahkan perlindungan Anak ini kepada Alloh SWT dari segala kejahatan oran-orang jahat, dan namailah Ia MUHAMMAD". Aminah bergetar tubuhnya demi mendengar suara ini. Pada saat Malaikat Jibril mengumandangkan seruannya, tetang saat-saat menjelang kelahiran Nabi Agung Muhammad SAW, maka bergoncanglah `Arsy, karena merasa gembira mendengar berita itu. Dan bertambah-tambah takutnya `Arsy kepada Alloh. Langitpun penuh dengan cahaya yang gemerlapan. Sedang, para Malaikat bergemuruh mengucap Tahlil..Tahmid..dan Istighfar. Lalu, ketika Aminah sudah merasakan Bayi yang dikandung akan segera Lahir dengan seidzin Alloh SWT Pencipta Makhluk, maka Lahirlah MUHAMMAD SAW DALAM KEADAAN SUJUD, sebagai pernyataan syukur dan puji-pujinya kepada Allo. Sedangkan, Raut wajahnya bagaikan Bulan Purnama yang mencapai Kesempurnaan. Setelah mendengar Kelahiran cucunya, Abdul Muthalib langsung datang ke rumah Aminah. Dia langsung menggendong cucunya tersayang. Ia membawanya ke Ka`bah dan masuk bersamanya ke Baitullah. Ia memanjatkan do`a syukur kepada Alloh atas semua karunianya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar