Apa itu TAUHID dan Apa Lawannya ?
Masalah aqidah atau tauhid adalah suatu masalah yang sangat penting, yang merupakan dasar dalam agama islam ini. Tauhid adalah pegangan pokok dan sangat menentukan bagi kehidupan manusia, karena tauhid menjadi landasan bagi setiap amal yang dilakukannya. Hanya amal yang dilandasi dengan tauhidlah menurut tuntunan Islam yang akan menghantarkan manusia kepada kehidupan yang baik dan kebahagiaan yang hakiki di alam Akhirat nanti.
Perhatikan baik-baik firman Allah `Azza wa Jalla:
“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik lagi dari apa yang telah mereka kerjakan .”(An-Nahl:97).
Dan bila umat Islam tidak bertauhid maka ia akan sangat rapuh dan lemah. Dan dakwah tauhid merupakan dakwahnya para Nabi dan Rasul
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada setiap umat (untuk menyerukan): ”Beribadahlah kepada Allah (saja) dan jauhilah thaghut (setiap yang diagungkan -selain Allah- dengan disembah, ditaati, atau dipatuhi; baik yang diagungkan itu berupa batu, manusia, ataupun syetan dll).” (An-Nahl:36).
Menjauhi thagut yaitu: dengan mengingkarinya; membencinya tidak mau menyembahnya dan memujanya baik dalam bentuk dan cara apapun.
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah kecuali kepada-Nya, dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya mencapai usia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka, serta ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu kepada mereka berdua dengan penuh kasih-sayang, dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua sebagaimana mereka keduanya telah mendidiku waktu kecil.”(Al-Isra’:23-24).
“Beribadahlah kamu sekalian kepada Allah (saja) dan janganlah berbuat syirik sedikit pun kepada-Nya.”(An-Nisa’:36).
Berdasarkan pada pentingnya peranan tauhid dalam kehidupan manusia, maka wajib bagi setiap muslim untuk mepelajarinya.
Tauhid ialah pemurnian ibadah kepada Allah, yaitu: menghambakan diri hanya kepada Allah secara murni dan konsekuen, dengan mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap dan takut kepada-Nya.
Termasuk tauhid iman kepada Allah SWT, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya dan dibangkitkannya manusia setelah mati serta iman kepada Qodar yang baik maupun yang buruk. Untuk memudahkannya para ulama telah membagi tauhid menjadi tiga yaitu:
1. Tauhid Rububiyah yaitu mengakui secara lahir dan batin bahwa Allah adalah pemilik segala sesuatu, penguasa, pencipta, pemberi rezki, yang menghidupkan dan mematikan. Dia adalah pengatur alam ini baik yang atas maupun yang bawah dan Dialah Allah yang mengabulkan (permintaan) orang yang kesusahan apabila ia mau berdo’a serta Dia pula yang menghilangkan kesusahannya. Tauhid ini telah di akui oleh orang-orang musyrikin zaman dahulu dan mereka tunduk padanya (kecuali sebagian dari mereka yang sombong dan ingkar) tetapi mereka tidak bertauhid dengan tauhid Uluhiyah dan tauhid Asma’ wa Shifat.
2. Tauhid Uluhiyah yaitu mentauhidkan Allah SWT di dalam beribadah kepada-Nya dengan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun. Dan kebanyakan yang diobati oleh para Rasul pada diri kaum mereka adalah tauhid ini, yakni agar manusia tidak memalingkan sesuatu apapun dari ibadah kepada selain Allah SWT, tidak kepada malaikat muqarrabin, tidak kepada Nabi yang diutus, tidak kepada wali yang shalih dan tidak kepada siapapun dari makhluk ini. Karena ibadah tidak boleh kecuali untuk Allah SWT perhatikan firman-Nya:
“Aku menciptakan jin dan manusia, tiada lain hanyalah untuk beribadah kepada-Ku.”(Adz-Dzriyat:50)
Ibadah ialah penghambaan diri kepada Allah Ta’ala dengan menaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Ibadah berarti juga segala perkataan dan perbuatan, baik lahir maupun batin, yang di cintai dan diridhai Allah. Dan suatu amal diterima dan diridhai oleh Allah sebagai suatu ibadah apabila diniati ikhlas semata-mata karena Allah dan mengikuti tuntunan Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam.
3. Tauhid Asma’ dan Shifat yaitu beriman kepada semua nama-nama dan sifat-sifat Allah dengan apa yang telah di tetapkan di dalam Al-Qur’an dan beriman kepada semua sifat yang Rasulullah SAW mensifatkan Allah SWT dengannya tanpa tahrif yaitu mengubah lafazh, nama dan sifat atau mengubah maknanya atau menyelewengkan dari makna sebenarnya, ta’thil yaitu menghilangkan dan menafikan (meniadakan) sifat-sifat Allah atau mengingkari seluruh atau sebagian dari sifa-sifat Allah, takyif yaitu menerangkan keadaan yang ada padanya sifat atau mempertanyakan “ bagaimana? ” sifat Allah itu atau menentukan bahwa sifat Allah itu hakikatnya begini, seperti menayakan bagaimanakah Allah bersemayam? Atau bagaimana wajah Allah? Dan yang sepertinya. Berbicara tentang sifat berarti sama pula berbicara tentang dzat. Allah mempunyai dzat yang kita tidak mengetahui kaifiyatnya, maka demikian pula Allah mempunyai sifat yang kita tidak mengetahui kaifiatnya. Hanya Allah yang mengetahui dan kita wajib mengimani tentang hakikat maknanya, tamtsil atau tasybih yaitu mempersamakan atau menyerupakan sifat Allah dengan makhluk-Nya.
Contoh:
Bahwasanya Allah SWT menamai diri-Nya dengan al-Hayyu (hidup) dan qayyum (terus-menerus mengurus makhluk) maka wajib bagi kita beriman bahwa al-Hayyu adalah nama dari nama-nama Allah SWT dan wajib bagi kita beriman kepada apa yang terkandung dalam nama tersebut berupa sifat hayat (hidup) yang sempurna, yang tidak didahului dengan ketidakadaan dan tidak diikuti oleh kefanaan.
Manusia mempunyai wajah dan monyet juga mempunyai wajah dan namanya sama tetapi bentuknya tidak sama dan apakah wajah kita mau disamakan dengan wajah monyet? Tentu tidak. Dan Allah SWT mempunyai wajah, mempunyai dua tangan dan kedua-duanya kanan, mempunyai kaki, tentu tidak sama dengan makhluk Nya, tetapi namanya sama dan dzatnya tidak sama.
Sebagaimana firman-Nya:
“Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan”.
(Ar-Rahman:27)
“Apakah yang menghalangi kamu sujud kepada (adam) yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku”. (Shad:75)
Hadits Abi Musa al-Asy’ari RA: “Sesungguhnya Allah Ta’ala selalu mengulurkan tangan-Nya pada malam hari untuk mengampuni orang yang berbuat dosa di siang hari, dan mengulurkan tangan-Nya di siang hari untuk mengampuni orang yang berbuat dosa di malam hari hingga matahari terbit dari barat (kiamat)”. Riwayat Muslim (2760).
Hadits Abu Hurairah RA: “..Dan Dia menggulung langit dengan tangan kanan-Nya..”. Riwayat Bukhari (7382) dan Muslim (2787).
“Yang pertama kali diciptakan Allah adalah pena yang kemudian diambil dengan tangan kanan-Nya dan kedua tangan-Nya kanan...”. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi ‘Ashim dalam buku “as-sunnah” (106) dan al-Ajriy dalam “
as-Syariah” dan dishahihkan oleh al-Albaniy.
Hadits Abu Hurairah RA tentang dalil adanya surga dan neraka yang di dalamnya: “...Adapun neraka ; tidak akan penuh terisi hingga Allah SWT meletakan kaki-Nya” dan menurut lafad Muslim: “telapak kaki-Nya”, kemudian neraka berkata: “Cukup, cukup...” Diriwayatkan oleh Bukhari (4850) dan Muslim (2846).
Maka kita wajib mengimani bahwa Allah mempunyai wajah, tangan, kaki dan kita tidak diperbolehkan membayangkan atau mengira-gira dan menanyakan bagaimana dzatnya atau bentuknya karena ilmu kita terbatas dan akal kita tidak akan sanggup menerkanya, sedang Allah Maha mengetahui. " Dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia " (Q.S. Al Ikhlas :4)
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Berfikirlah tentang nikmat-nikmat Allah, dan jangan sekali-sekali engkau berfikir tentang Dzat Allah " (Hadits hasan, Silsilah al Ahaadiits ash Shahiihah)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu, dari Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: " Sesungguhnya syaitan mendatangi salah seorang dari kamu, lalu berkata: 'Siapakah yang telah menciptakan ini ? Siapakah yang telah menciptakan itu ? ' Hingga syaitan berkata kepadanya: 'Siapakah yang menciptakan Rabbmu ?'. Jika sudah sampai demikian, maka hendaklah ia berlindung kepada Allah dengan mengucapkan isti'adzah dan berhenti " (HR Al Bukhari dan Muslim)
Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallaahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: " Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: 'Sesungguhnya umatmu akan terus-menerus bertanya apa ini, apa itu ? " Hingga mereka bertanya: 'Allah telah menciptakan ini dan itu lalu siapakah yang menciptakan Allah ? " (HR Muslim)
Dalam riwayat lain ditambahkan: " Jika demikian halnya, mereka akan tersesat "
" Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka ".(Q.S. Ali Imran : 190-191)
Termasuk tauhid mengenal siapa Rabb kita, apa nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya dan kita juga perlu tau dimana Dia, karena kita menujukan ibadah kepada-Nya
Di mana Allah?
Allah di atas langit di atas ‘Arsy Dia bersemayam diatasnya sebagaimana firman-Nya:
Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa’at kecuali sesudah ada keizinan-Nya. Yang demikian itulah Allah Rabb kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah matahari, kamu tidak mengambil pelajaran. (QS. Hud:3)
(Yaitu) Yang Maha Pemurah, yang bersemayam di atas ‘Arsy (QS. Thoha:5)
Bila kita membahas tentang tauhid, maka kita perlu tau lawan dari tauhid yaitu syirik. Syirik terbagi menjadi dua yaitu:
• Pertama syirik besar yang dapat menyebabkan pelakunya keluar dari Islam dengan catatan sudah datang hujjah\dalil atau keterangan dari Al-Qur’an ataupun sunnah bahwa perbuatan itu syirik dan dia tetap pada kesyirikannya dan pelakunya kekal di neraka bila mati dalam kesyirikan dan belum sempat bertaubat selama hidupnya didunia.
Contoh: orang yang berdoa’ kepada selain Allah seperti berdo’a atau memohan kepada kubur-kubur, berdo’a kepada orang yang telah mati, kepada wali-wali yang telah mati dll.
Dan Rabbmu berfirman: “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina. (Al-Ghafir:60)
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Sesungguhnya Do’a itu adalah ibadah (HR. Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah).
Oleh karena itu tidak boleh ibadah ditujukan kepada selain Allah.
Dan termasuk syirik juga yaitu mengaku mengetahui perkara-perkara yang gaib seperti dukun-dukun, paranormal, tukang ramal, tukang sihir yang mereka ini tidak lain berkerjasamanya dengan syaitan. Karena pada hakekatnya hanya Allah sajalah yang mengetahui hal yang gaib dan kita tidak menggetahuinya kecuali sebatas apa yang di beritakan atau di khabarkan di dalam Al-Qur’an dan Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang shahih seperti adanya adzab kubur, fitnah kubur (akan ditanya, di uji dan di coba didalam kubur), nikmat kubur, dikumpulkannya manusia di padang maksyar, ditegakkanya timbangan, dibukanya catatan amal, adanya hisab, Al-Haudh (telaga), Shirat, Syafa’at, surga, neraka dll.
“Katakanlah, Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetuhui perkara yang gaib, kecuali Allah.”(An-Nahl:65)
“Barangsiapa bertanya kepada peramal atau ahli nujum, kemudian ia percaya apa yang dikatakannya, berarti ia telah mengingkari apa yang diturunkan kepada Muhammad
(Al-Qur’an).”(HR. Ahmad).
“Tidak termasuk golongan kami orang yang melakukan atau meminta tathayyur, meramal atau diramalkan, menyihir atau meminta disihirkan; dan barangsiapa mendatangi tukang ramal lalu mempercayai apa yang diucapkanya, maka sesungguhnya dia telah kafir (ingkar) dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.”(HR. Al-Bazzar dari ‘Imran bin Hushain dan dihasankan oleh al-Albaniy).
“Barangsiapa mendatangi seorang peramal dan menayakan sesuatu kepadanya, maka tidak diterima shalatnya selama empat puluh hari.”(HR. Muslim).
Maka haram hukumnya mempercayai ahli nujum, dukun, peramal, orang pintar, tukang sihir, orang yang mengaku mengetahui jiwa orang atau isi hati orang atau peristiwa-peristuwa yang lalu yang tidak diketahui orang atau mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Misal orang yang mempercayai ramalan bintang (seperti bintang scorpio, gemini, cancer dll) atau mempercayainya lewat peramal\dukun yang menceritakan tentang cinta, jodoh, kesehatan, rezki, rumah tangga, mencarikan barang yang hilang dll. Tetapi kadang-kadang yang dikatakannya itu betul atau kejadian maka itu sebenarnya hanyalah dugaan dan kebetulan saja, umumnya tidak lebih dari dusta karena bisikan syaitan dan andaikata mereka mengetahui hal-hal yang ghaib, niscaya mereka akan mengambil harta yang tersimpan dalam perut bumi ini sehingga mereka tidak lagi menjadi orang yang fakir yang kerjanya mengelabui orang hanya sekedar mencari sesuap nasi dengan cara yang batil.
Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang menggantungkan jimat, maka sesungguhnya ia telah melakukan kesyirikan/menyekutukan Allah.” (HR. Ahmad dan Hakim)
“Sesungguhnya jampi-jampi (mantera) dan jimat dan guna-guna (pelet) itu adalah syirik.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, Hakim dari jalan Abdullah bin Mas’ud.)
Maka termasuk syirik memakai atau menggantungkan jimat baik itu merupa gelang, cincin, keris, bacaan tertentu yang di tulis dikertas\dikain atau yang di isi ke badan atau sesuatu benda apa saja, meskipun itu terdiri dari ayat-ayat Al Qur’an, yang umumnya ditempelkan di depan-depan rumah (yang di yakini sebagai penjaga dari gangguan jin atau syaithan/hantu/dedemit/tuyul dan lain-lain atau dapat menarik manfaat dan menolak mudharat atau mara bahaya) atau dikalungkan dileher, atau ayat-ayat itu dimasukan digelas yang berisi air lalu airnya diminum (yang menyebabkan ia kebal dibacok, dipukul, dibakar karena memakai jimat itu atau mantra-mantra terus bisa jalan diatas air, bisa hilang, bisa nebak\mendeteksi penyakit tanpa pemeriksaan, dan keanehan-keanehan lain yang tidak masuk akal).
Semuanya itu termasuk bentuk jimat yang disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas. Karena Al Qur’an diturunkan bukanlah untuk itu, akan tetapi Allah turunkan Al Qur’an supayah menjadi petunjuk bagi umat manusia. Kecuali meruqyah atau memanterai atau menjampi dengan ayat-ayat Al Qur’an yang telah dibenarkan oleh syara’. Seperti meruqyah orang yang kesurupan dengan membaca ayat Kursi, surat Al-Baqarah, al-falaq, An-nas dan lain-lain.
Soal : Apakah syirik yang dimaksud di atas syirkul ashghar (syirik kecil) atau syirkul akbar (syirik besar)?
Jawab: Tergantung i’tiqad (keyakinan) orang yang memakainya. Jika dia meyakini bahwa dzat dari jimat tersebut yang dapat memberi manfaat atau menolak mudlarat maka tidak syak lagi hukumnya adalah syirkul akbar. Akan tetepi apabila dia meyakini bahwa dzat dari jimat tersebut hanya sebagai sebab sedangkan yang memberi manfaat atau menolak mudlarat Allah, maka hukumnya syirkul ashghar karena Allah tidak menjadi sebab pada jimat atau mantera yang tidak Ia syari’atkan.
• Dan kedua syirik kecil yang tidak menyebakan pelakunya keluar dari Islam dan pelakunya tidak kekal di neraka tetapi termasuk dosa besar diatas dosa besar lainya seperti bersumpah dengan nama selain Allah, Riya’ (memperlihatkan suatu bentuk ibadah dengan tujuan dilihat manusia, lalu orang-orang pun memujinya), Sum’ah (beramal dengan tujuan untuk didengar oleh orang lain atau mencari popularitas), ‘Ujub (masih kategori riya’ hanya saja Syaikhul Islam Ibnu Taimiah membedakan keduanya dengan mengatakan bahwa: “Riya’ masuk didalam bab menyekutukan Allah dengan makhluk, sedang ujub masuk dalam bab menyekutukan Allah dengan diri-sendiri, Al fatawa,10/277) dan riya’, sum’ah, ‘ujub adalah merupakan faktor perusak-perusak keikhlasan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Janganlah kamu bersumpah dengan nama bapakmu, atau ibumu, atau sekutu-sekutu. Janganlah kamu bersumpah kecuali dengan nama Allah. Dan janganlah kamu bersumpah kecuali dengan berkata benar.”(HR. Abu Daud, shahihul Jami’ no. 7126).
Barangsiapa bersumpah dengan selain Allah maka ia telah berbuat syirik.(HR. Ahmad)
“Sesuatu yang paling aku khawatirkan kepada kamu sekalian adalah perbuatan syirik kecil.” Ketika ditanya tentang maksudnya, beliau menjawab: "yaitu riya'.”(HR. Ahmad, Ath-Thabarani, dan Baihaqi dalam kitab Az-Zuhd).
Maka hendaklah kita berhati-hati dari berbuat syirik karena syirik merupakan dosa yang paling besar yang akan menghapuskan amal-amal kita dan orang yang berbuat syirik tempatnya di neraka dan Allah tidak akan mengampuni dosa syirik apabila ia mati dalam keadaan syirik dan belum sempat bertaubat di dunia dan pertolongan Allah tidak akan datang atau diberikan kepada orang yang berbuat kesyirikkan.
Firman Allah `Azza wa jalla:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik , tetapi Dia mengampuni segala dosa selain (syirik) itu bagi siapa pun yang dikehendaki-Nya.”(An-Nisa’:48,116).
“Jika kamu mempersekutukan (Allah); niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.”(Az-Zumar:65).
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu seorang penolong pun. (Q.S. Al Maidah : 72)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu, dari Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda : " Jauhilah tujuh perkara muubiqaat (yang mendatangkan kebinasaan) ! ". Para shahabat bertanya: 'Apakah ketujuh perkara itu, wahai Rasulullah ?'. Rasulullah menjawab: 'Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang dibenarkan syari'at, memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri dari medan pertempuran, melontarkan tuduhan zina terhadap wanita-wanita mukminah yang terjaga dari perbuatan dosa dan tidak tahu menahu dengannya ' ". (HR Bukhari dan Muslim)
Nabi Ibrahim `alaihissalam berkata:
“…dan jauhkanlah aku dan anak cucuku dari (perbuatan) menyembah berhala-berhala.”(Ibrahim:35).
Dan masih banyak bentuk kesyirikan yang lain yang belum kita ketahui maka perlu kita terus menuntut ilmu syar’i dan kita berlindung kepada Allah dari berbuat syirik, baik itu yang besar maupun yang kecil.
Bila ada kritik dan saran harap hub
e-mail: Ridwananas@yahoo.com
Sumber:
Al Qur’an dan terjemahannya
Kitab Tauhid, syaikh Muhammad At Tamimi
Bimbingan Islam untuk pribadi dan masyarakat, syaikh Muhammad bin Jamil Zainu
Majmu’ Fatawa (bab aqidah), syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin
Mengungkap Kesempurnaan sifat-sifat Allah dalam Al-Quran dan As-Sunnah, Alawy bin Abdul Qodir As-Segaf
Dan lain-lain